gravatar

Pulanglah, Maka Tidak Ada yang Menolakmu...

(Juga tidak ada yang menyambutmu)

Alkisah, suatu negeri kepulauan bersebut Philpin.

Siang itu sebuah kapal besar merapat pada pelabuhan utama negeri itu. Kapal itu membawa para pekerja yang dipulangkan dari bekerja di Kerajaan Malis. Sejak jauh sebelum kapal itu merapat, keramaian luar biasa telah tampak pada pelabuhan itu. Ribuan rakyat negeri itu berbondong-bondong menyambut kepulangan para pekerja itu. Hal ini tidaklah berarti mereka menyambut sanak saudara dekat mereka. Ya, tidak semua dari penyambut itu memiliki kerabat dalam kapal itu, tapi mereka memperlakukan mereka seperti menyambut saudara sendiri bahkan laksana menyambut para pahlawan.


Tampak jelas juga pimpinan tertinggi negeri itu turut serta bersama seluruh pembantu dekatnya bersiap-siap menyambut. Ketika kapal semakin mendekat, warga beserta pemimpin negeri tampak merasakan keharuan yang teramat sangat. Dengan perasaan berdebar, sedih bercampur bercampur gembira, laksana hendak bertemu kekasih yang telah lama terpisah.

Akhirnya kapalpun merapat. Sang pemimpin menjadi orang pertama yang menyambut dan langsung menghambur menuju pintu kapal. Warga yang memiliki kerabat di kapal menunggu dengan lebih berdebar. Ketika para penumpang turun, tangis harupun meledak bagaikan gelombang sekuensial.
Seorang pekerja wanita nampak menggendong anak perempuannya yang menangis keluar dari kapal. Tampak sang pemimpin menyambutnya dengan penuh perasaan kasih. Anak yang menangis itupun digendong dan diciuminya. Tampak bahwa pemimpin itu memberikan perasaan empati yang luar biasa terhadap kepulangan warganya yang berjuang jauh ke negeri orang sekadar untuk bertahan hidup.

Nun jauh di seberang negeri itu ada sebuah negeri kepulauan yang lebih besar. Negeri itu bernama negeri Indon. Di pantai pelabuahan negeri Indon, tampak pemandangan yang sama dengan pemandangan di pelabuhan Philpin. Ada kapal pengangkut pekerja yang hendak merapat. Perbedaannya jumlah kapal yang hendak merapat jumlahnya lebih banyak. Sedangkan orang yang menyambut kapal itu nyaris tidak ada.

Menurut berita, pemimpin negeri itu sedang mengadakan perjalanan yang sangat jauh dari negeri Indon. Entah perjalanan apa, tidak ada yang tahu. Warga hanya dapat menduga-duga. Warga yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing. Maka jadilah bahwa hampir tidak ada yang menyambut kedatangan kembali para pekerja dari negeri Malis.

Ketika kapal merapat, isi kapal langsung tumpah ke daratan. Laki-laki perempuan berebut keluar dari kapal yang pengap. Setelah berada di luar, mereka tidak tahu segera harus bagaimana. Bahkan banyak di antara mereka yang tidak membawa uang sepeserpun. Hampir semua mengaku diperlakukan sangat buruk selama ditahan di negeri Malis (bukan Maling). Pemimpin negeri Malis seolah hanya memandang sebelah mata terhadap pemimpin dan negeri Indon. Tidak ada rasa hormat dan segan.

Sikap pemimpin negeri Malis terhadap para pekerja seolah ada pembenarannya. Tindakan menyepelekan para pekerja tidak saja dilakukan olehnya. Ternyata, pemimpin Indon ternyata tidak menunjukkan kepedulian secara langsung terhadap para pekerja yang nyata-nyata adalah pahlawan negeri Indon. Mungkin hanya keluarga mereka sendiri yang masih mau menerima kedatangan kembali para perantau dengan penuh pengharapan.

Maka pulanglah kalian sendiri-sendiri ke rumah masing-masing....

Powered By Blogger